Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

by - September 11, 2022


 

Oleh ; Risa Tantri, S.Pd

Guru SDN 02 Percontohan Bukittinggi

Calon Guru Penggerak Angkatan 6


Kesimpulan dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Nama Asli beliau adalah Raden Mas Soeryadi Soeningrat. Beliau adalah Tokoh penting dalam dunia pendidikan, pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda

Menurut Ki Hajar Dewantara “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Pendidikan merupakan tempat bersemainya benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Untuk membentuk kebudayaan atau peradaban itu yakni melalui pendidikan.

Pokok-Pokok Pemikiran Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

1.    Menuntun

Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh/hidupnya kekuatan kodrat yang dimiliki oleh anak. Guru tidak dapat merubah kodrat anak, tetapi guru membimbing, mendidik agar anak-anak dapat memperbaiki lakunya. Menuntun anak dengan Sistem Among yaitu menjaga, membina, dan mendidik anak dengan kasih sayang. Terangkum juga dalam Trilogi Pendidikan yaitu Ing Ngarsa Sungtulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan anak, merdeka lahir dan merdeka bathin.

2.    Kodrat Anak yaitu bermain

Pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegrasikan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Sehingga pembelajaran di kelas akan terasa menyenangkan. Nilai yang ada dalam permainan sangat baik bagi anak, seperti nilai gotong royong, kolaboratif dan kreatif. Dasar pendidikan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam yaitu sifat dan bentuk lingkungan , kodrat zaman yaitu isi dan irama. Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman.

3.    Pendidikan berpusat pada anak

Pendidikan harus mengutamakan kepentingan anak. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, gaya dan cara belajar, kemampuan serta kondisi mental, psikologis dan sosial anak. Pendidikan dilakukan agar anak mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

4.    Anak bukan Tabularasa

Anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kodrat yang masih samar-samar. Maka Tujuan Pendidikan adalah menebalkan laku anak yang masih samar-samar tersebut, menebalkan garis yang baik-baik dan membiarkan agar garis yang tidak baik tidak terlihat. Dalam menebalkan laku anak bisa dilihat dari konteks diri anak dan konteks sosio-kultural. Jika dilihat dari konteks diri anak proses menebalkan laku terbagi tiga yaitu1) wiraga ( 0-8 th ) dimana anak masih bermain, mencoba, dan melihat .2) wiraga-wirama( 8-16 th) disini anak sudah mulai menemukan, dan mengeskpresikan apa yang mereka miliki. 3) wirama (0-21) sudah mulai bertanggung jawab, sosial, dan irama sebagai sumber inspirasi. Kemudian dilihat dari konteks sosio-kultural diminangkabau ada falsafah “ adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”,“ alam takambang jadi guru”.

5.    Budi Pekerti

Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan budi. Pendidikan membentuk budi pekerti yang baik. Di Minangkabau dikenal istilah “ Kato Nan Ampek” yang merupakan tuntunan dalam berbicara yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

6.    Pendidik adalah Petani

Pendidik diibaratkan sebagai petani, yang menyiapkan lahan, memupuk, dan membersihkan hama agar tumbuh subur, berbunga, kemudian berbuah. Anak diibaratkan sebagai benih.Sebagai guru kita perlu menyiapkan lahan yang subur, disiram, dan dirawat agar biji tadi tumbuh kembang dengan baik, artinya kita sebagai seorang pendidik mengupayakan tumbuh kembang  anak sebaik-baiknya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Tujuan pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru saja, tetapi menjadi tanggung jawab keluarga, dan masyarakat. Jadi pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan secara bersama-sama dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang kondusif. Jadilah pendidik yang selalu memperhatikan segala potensi anak yaitu jiwa, jasmani, etika, moral, estetika, dan karakter dengan panduan budaya dan sesuai dengan perubahan zaman.

Refleksi dari pengetahuan dan Pengalaman Baru

1.  Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum saya mempelajari modul 1.1. beberapa hal yang saya percaya yaitu:

1).  Saya percaya bahwa anak adalah kertas kosong, sehingga kita sebagai orang dewasa akan bisa membentuk mereka sesuai dengan yang kita inginkan. Sehingga hal ini membuat saya sebagai seorang guru sering memaksakan kepada anak saya bahwa mereka harus menguasai semua pembelajaran dan menjadikan mereka sesuai keinginan saya.

2). Ketika pembelajaran berlangsung, saya lebih mendominasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kadang saya lupa untuk menggali pengetahuan apa yang sudah mereka miliki, sehingga pembelajaran menjadi pasif.

3). Selama ini saya lebih berorientasi pada nilai siswa saja, bagaimana nilai mereka supaya bagus sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah. Saya akan mengapresiasi setiap siswa yg memperoleh nilai bagus dan saya lupa untuk memahami kebutuhan setiap siswa yang berbeda dan mengapresisi setiap proses yang sudah dilakukan oleh siswa saya sesuai dengan kemampuannya.

2.  Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Hal yang berubah dari pemikiran atau prilaku saya setelah mempelajari modul ini adalah

1).  Saya sudah mengetahui bahwa anak bukanlah kertas kosong. Anak memiliki bakat dan potensi  mereka masing-masing. Kita sebagai guru tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada anak kita, biarlah anak sendiri berkembang sesuai dengan bakat dan potensi yang mereka memiliki. Saya akan melayani dan membimbing mereka kearah yang lebih baik sesuai dengan potensinya, memberikan kebebasan pilihan untuk mencapai cita-cita mereka. Guru hanya sebagai fasilitator yang berfungsi untuk melayani dan menuntun proses pengekspresian potensi anak agar terarah positif dan anak menemukan sendiri jalannya menuju versi terbaik dirinya.

2).  Sangat perlu untuk merancang dan memilih model pembelajaran yang berpusat kepada anak dan memahami karakter anak didik kita. Saya menyadari bahwa anak bukanlah objek di dalam kelas tetapi subjek, sehingga merekalah yang memegang kendali di dalam kelas. Berbagai model pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara aktif, kreatif, dan inovatif serta menggunakan berbagai sumber belajar baik dari lingkungan sekitar anak ataupun dari media internet.

3). Keberhasilan siswa tidak bergantung kepada nilai kognitif saja, tetapi perlunya keseimbangan antara  aspek kognitif, afektif dan psikomotor.  Perlu menciptakan pembelajaran yang aktif, yang menggerakkan semua murid sesuai dengan kemampuannya, Sebagai guru tentu saya harus menjadi panutan baik dalam bersikap ataupun berkata. Saya harus memperlakukan anak-anak dengan adil, menghargai setiap proses yang sudah mereka capai, tentunya saya juga harus memberikan apresiasi terhadap semua murid saya, bukan hanya untuk yang mendapat nilai bagus, tetapi untuk yang sudah berproses dan berkembang sesaui dengan  kemampuannya.

4). Saya memahami bahwa memang benar bahwa kodrat anak adalah bermain. Banyak permainan yang bisa dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Apalagi dalam budaya Minangkabau berbagai jenis permainan yang ada dapat menjadi sumber belajar serta penebalan laku anak di sekolah. Dengan permainan akan menjadikan pembelajaran menyenangkan dan tidak membosankan, Permainan akan memunculkan sikap gotong royong/kolaboratif dan kreatif .

 

3.  Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Yang dapat saya segera terapkan lebih baik di kelas saya sesuai dengan pemikiran KHD adalah

1).Memberikan kebebasan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya. Saya akan melakukan asesmen kembali terhadap karakteristik anak maupun bakat dan minatnya. Jika anak berbakat dibidang olahraga maka saya akan mengembangkan anak tersebut pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Jika anak berbakat dibidang seni maka saya akan mengembangkannya pada kegiatan seni, begitupun jika ada yang berbakat dibidang puisi maka saya mempersilahkan anak tersebut untuk ikut dalam kegiatan pengembangan diri membaca puisi dan literasi. Tidak ada lagi pemaksaan kepada anak. Saya akan menjadi fasilitator mereka , mengkomunikasikan tentang keinginan anak, hambatan apa yang mereka temui dan mendiskusikan solusi dari hambatan tersebut. Dalam proses pembelajaran materi diarahkan sesuai dengan minat mereka, sehingga pembelajaran mudah untuk dipahami oleh anak.

2).Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anak didik saya. Menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada anak , sehingga anak-anak di kelas menjadi aktif, kreatif, inovatif, dan bahagia. Kemudian pembelajaran menggunakan IT yang sesuai dengan kecakapan abad 21.

3). Membiasakan dan membudayakan pendidikan karakter, seperti 5 S ( senyum, sapa, salam, sopan dan santun), shalat dhuha, shalat berjamaah, berdoa sebelum belajar, saling menghargai, gotong royong, dan saling mendukung pada setiap proses yang dilakukan. Membiasakan “ Kato Nan Ampek” sebagai budaya Minangkabau yang patut diterapkan dalam kehidupan, sehingga mereka dapat berlaku sopan dimanapun mereka berada. Sebagai pendidik saya akan menjadi tauladan dalam setiap ucapan dan perbuatan, adil dan menghargai setiap anak.

4). Memasukkan permainan tradisional Minangkabau dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu permainan tradisional yang bisa diaplikasikan dalam kelas yaitu permainan “ Kuciang-kuciang” . Melalui permainan ini nantinya akan menjadikan pembealajaran menyenangkan serta memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan menebalkan sikap kolaboratif antar siswa serta kreatifitasnya.

Demikian Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman baru tentang Pemikiran - Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dapat saya tulis. Semoga bermanfaat !.


You May Also Like

0 comments